Kamis, 17 Januari 2013

Abah Iwan WANADRI_ 'Sejuta kabut'

SEJUTA KABUT

Sejuta kabut turun perlahan
Merayap di jemari jalanan
Meratap, melolong lalu menjauh
Menggoreskan kesan suram padaku

Sejuta kabut turun semalam
Mengetuk-ngetuk jendela kamarku
Meratap, melolong lalu menjauh
Menggaungkan kesan ngeri di hati

Lalu kusibak tirai hatiku
Kubuka lebar-lebar pintu jiwaku
Kuterjuni kabut yang di kakiku
Berbekal matahari
yang bernyala
yang membara


A MILLION FOGS

A million fogs slowly descend
Crawling in the road fingers
Lamenting, howling then farther
Scratching a gloomy sense in me

A million fogs descend all night
Knocking on my room window
Lamenting, howling then farther
Resounding a terrifying sense in heart

Then I cast aside the veil of my heart
I widely open the door of my soul apart
Jump down into the fog on my feet
Bring in the sun
that flames
that be aglow

Abah Kelana

Perjalanan ini yang tak pernah ku duga…
Ku anggap hidup ini begitu mudah…
Bagaikan menghirup udara dan menghembus kembali…
Menelusuri suasana keindahan ciptaan Ilahi…

Seperti tak ada beban ku pikul dipundakku….
Ketika aku mulai bergelar insan di dunia…
Aku diajar berpandukan agama…
Sebaliknya manusia jua lah pencetus huru-hara…

Kekeliruan dalam jiwa…
Di manakah an-nur yang dikatakannya…
Hanya pada namakah harus kita berbangga….
Masih banyak yang perlu diperlakukan…

Gelora jiwaku dalam perjuangan…
Bagai musafir yang sedang kehausan…
Inilah masanya aku mempertahankan…
Apa yang selama ini milikku…

Ingatlah wahai diriku…
Kita hanya bidak-bidak catur…
Akan dimainkan selagi mana mengasyikkan…
Maka janganlah kita bertingkah…

Kita punya satu jalan…
Merangsak maju ke depan…
Hadapi semua apa adanya…
Hidup kan terasa lega….

Percayalah kepada Qada dan Qadar…
Allah maha melihat
Allah Maha Mendengar…
Ampunilah dosaku ya Allah yang Maha Besar…
Hanya Kau tempat ku berteduh…Berkatilah pengembaraanku…
Limpahi daku cahaya mawaddah dalam perjalanan ini…………

Nikah Itu Indah………………….


Diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, seupaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Allah jadikan bagimu cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya yang demikian itu benar-bernar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berfikir.” (QS Ar-Rum:21)

Dalam  Hadist Tarmidzi dari Abu Hurairah, Rasulullah pernah bersabda : “Tiga golongan yang berhak ditolong oleh Allah, yakni pejuang di jalan Allah, mukatib (budak yang membeli dari tuannya) yang mau melunasi pembayarannya dan orang menikah karena mau menjauhkan dirinya  dari yang haram.”

Catatan Kecil Sebuah Pernikahan yang Islam

Pernikahan atau perkawinan dalam pandangan Islam bukan hanya merupakan bentuk formalisasi hubungan suami istri atau pemenuhan kebutuhan fitrah insani semata, tetapi lebih dari itu, merupakan amal ibadah yang disyariatkan. Meskipun upacara yang sakral itu tidak bisa dipisahkan dari statusnya sebagai ibadah, namun dalam pelaksanaannya seringkali tampil dalam tata cara yang berbeda-beda, bahkan cenderung didominasi adat istiadat setempat yang merusak nilai ibadah itu sendiri.
Adalah merupakan kewajiban bagi setiap muslim untuk memahami seluruh aspek peribadatan dalam Islam, khususnya dalam masalah pernikahan. Apa pula hikmah dan rahasia dibaliknya serta bagaimana etika penyelenggaraan pernikahan itu, Insya Allah akan diberkati Allah Azza Wa Jalla, disamping terbebas dari aktivitas yang menyimpang dari ajaran Islam.

Antara Ibadah dan Fitrah

Dikatakan sebagai fitrah karena secara jelas Allah dan Rasul-Nya mensyariatkan nikah sebagai perintah yang harus dilaksanakan seperti termaktub dalam Al-Quran dan Sunah:
“Maka nikahilah olehmu perempuan-perempuan yang baik bagimu dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka nikahilah seorang saja…” (QS. An Nisa: 3)
“Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-Mu yang telah menciptakanmu dan menjadikan materi daripadanya dan daripada keduanya berkembang biak laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu saling meminta dengan nama-Nya dan takutlah (akan memutuskan) silaturahmi. Sesungguhnya Allah mengawasi kamu”. (QS An Nisa:1)

Lebih tegas diperintahkan oleh Rasulullah SAW kepada kaum muda yang sudah memiliki kesiapan, hendaknya segera menikah tanpa harus banyak berfikir-fikir dan menunggu-nuggu, karena nikah itu perbuatan yang mulia dan disukai oleh Al-Khaliq. Bahkan beliau mengingatkan amal yang terpuji ini merupakan sebagian dari kesempurnaan pelaksanaan Dien. Jadi barangsiapa yang belum menunaikan nikah berarti ia belum mampu melaksanakan Dien secara sempurna, sabda Rasulullah SAW.
“Wahai para pemuda, barang siapa diantara kamu telah mampu menikah, hendaklah ia nikah. Sesungguhnya dengan demikian akan lebih menundukkan pandangan mata dan lebih leluasa menjaga kemaluannya. Barang siapa yang tidak sanggup, maka sebaiknya berpuasa saja. Sesungguhnya ia akan menciptakan keseimbangan.” (HR. Muslim)
“Manakala seseorang telah beristri, telah menyempurnakan separuh Dien, maka tekutlah kepada Allah untuk menyempurnakan separuh yang lain”. (HR. Baihaqi)

Memang pernikahan merupakankebutuhan fitrah setiap insan yang tidak mungkin dihindari. Seiring dengan kebutuhan biologis manusia, maka tumbuh pula dorongan seksualnya. Jika hal tersebut tak tersalurkan pada hal yang benar, akan menimbulkan bencana sosial maupun kemanusiaan. Karena itu Islam sebagai agama fitrah (QS 30:30) memberikan jalan keluarnya secara sempurna.
Disamping aspek-aspek hidup yang lain. Islam tidak setuju terhadap sikap membujang. Sebab ini melanggar fitrah kemanusiaan, Rasulullah pernah marah ketika mendengar salah seorang sahabatnya berniat hendak membujang terus, demi alasan membersihkan diri dari nafsu. Beliau bersabda:
“Sesungguhnya aku ini menikahi wanita, barangsiapa yang tidak mengikuti sunnahku maka ia bukan termasuk golonganku”.
Inilah bukti keselarasan antara ajaran Islam dengan tuntutan biologis atas fitrah kemanusiaan. Islam memberi jawaban terhadap seluruh persoalan insani, tidak ada satu pun yang luput dari perhatian Islam.

Tujuan Nikah

Sesungguhnya hubungan kasih saying antara pria dan wanita merupakan masalah urgen yang harus ditata. Dan lembaga pernikahan merupakan aturan yang mesti dipatuhi oleh setiap muslim. Pernikahan dalam Islam bukan sekedar sarana formalisasi kebutuhan biologis, lebih dari itu adalah untuk menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya serta upaya melestarikan kekhalifahan manusia di muka bumi sebagai amanat suci dengan menurunkan generasi yang sah, baik dan berkualitas dari rumah tangga yang tertata menurut syariat. Rasulullah mencintai ummatnya yang berketurunan banyak :
“Nikahlah, perbanyaklah keturunan. Sebab di hari kiamat kelak aku akan membanggakan kalian dari ummat-ummat yang lain”.
Pernikahan juga akan mengantarkan manusia pada ketentraman, suasana sejuk yang membebaskan diri dari kegelisahan dan rasa gundah gulana, bila perkawinan itu dilandasi syariat. Sebaliknya, rumah tangga akan dapat menjadi sumber api yang dapat merembet ke aspek lain bila lepas dari landasan syar’i.
“Diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Allah jadikan bagimu cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berfikir. (QS. Ar-Ruum:21)
Jika demikian tujuan pernikahan, yakni keluarga sakinah dalam lindungan rahmat-Nya, sudah barang tentu kita tak mungkin melepaskan diri dari tuntutan syari’at-Nya.
Di zaman yang sedang dilanda krisis moral seperti sekarang ini banyak kalangan muda yang tidak punya keberanian untuk menikah, mereka takut mendayung bahtera rumah tangga dengan segala beban resikonya, ditambah orang tua yang kebanyakan tidak mau membantu anak-anaknya pada langkah-langkah awal memasuki jenjang pernikahan.
“Jika kamu mampu mengurus anak dan istri maka nikahlah, bila tidak maka jangan buru-buru nikah, nanti kamu akan sengsara”, dmeikian ungkapan yang sering dilontarkan. Padahal sang anak sudah meningkat dewasa demikian pula dengan emosi seksualitasnya. Sesungguhnya terjadi kenyataan yang tidak sinkron. Satu pihak kita menekan anak-anak muda untuk menunda perkawinan dengan alasan belum cukup umur, belum mampu mengurus tetek bengek keluarga namun di pihak lain membiarkan mereka dipermainkan oleh yang dahsyat lewat realita kultur yang penuh maksiat, lewat koran, televisi, film, pertunjukan nyata, dan lain sebagainya.
Mampukah mereka bertahan, ataukah dibiarkan saja hingga menyerempet (atau sudah) ke arah perbuatan zina? Sangat disesalkan bila mereka tidak berani menikah, yang sesungguhnya itu merupakan ibadah, hanya karena takut menanggung resiko ekonomi, lalu melampiaskannya dengan cara-cara yang tidak dianjurkan, yang justru mengeluarkan banyak biaya disamping dosa besar. Allah SWT Yang Maha Pemurah menjanjikan bagi orang yang mau menikah :
Hendaklah kamu mengawinkan orang-orang yang sendirian (belum menikah) diantaramu dan orang-orang yang shaleh diantara hamba yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memberi kekayaan kepada mereka dengan Karunia-Nya. Allah Maha Luas (Karunia)-Nya lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nur:32)



ADAB WALIMAH
(Resepsi Pernikahan Islami)

Karena pernikahan itu merupakan ibadah maka Islam mengatur pelaksanaan atau tata cara pernikahan dan walimah (resepsi pernikahan) dengan cara-cara yang tidak boleh menyimpang dari nilai Islam.
Dalam Islam, walimah dianjurkan utnuk diselenggerakan, betapa pun dalam bentuk yang amat sederhana, hal ini merupakan formalisasi dari pernikahan agar khalayak mengetahui secara resmi pernikahan itu, dengan demikian secara sosial akan menghilangkan hal-hal yang akan mengarah pada fitnah.
Hadits Rasulullah SAW :
Dari Anas ra. Berkata : “Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW mengadakan walimah untuk istrinya seperti beliau mengadakan walimah untuk Zaenab, beliau menyembelih seekor kambing”. (HR. Bukhari-Muslim)
Adapun acara walimah yang Islami harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
  1. Bertujuan untuk melaksanakan ibadah.
Tidak dibenarkan menyelenggarakan walimah didasari kepentingan-kepentingan selain mencari ridho Allah. Harus dijauhkan dari bentuk upacara yang mengandung syirik seperti ada sesajian, atau sejenisnya yang terpengaruh budaya atau adat, juga harus menghindari kecenderungan bersikap riya’, yakni memamerkan kemewahan, kekayaan, kecantikan dan sejenisnya.
  1. Menghindari kemaksiatan
Dalam Islam tidak dibenarkan sang pengantin dipertontonkan di depan umum. Adapun kehadiran para tamu dimaksudkan agar turut memberikan ucapan selamat (doa) dan ikut memeriahkan. Harus dihindari suasana campur baur antara undangan pria dan wanita, karena ini tidak dibenarkan syari’at, Syariat melarang hubungan sosial dalam bentuk saling pandang, kontak, bersentuhan antar lain jenis kecuali muhrimnya, dasar ini terambil dari firman Allah dan hadits Rasulnya:
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya serta memelihara kemaluannya. Yang demikian ini adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahuai apa yang mereka perbuat”. (QS. 24:30)
  1. Menghindari perbuatan mubadzir
Dalam acara walimah tidak dibenarkan adanya kemubadziran, pemborosan dalam biaya, berlebihan dalam hidangan sehingga banyak makanan yang terbuang. Firman Allah : “Sesungguhnya kemubadziran itu adalah saudaranya setan”.
  1. Harus mengundang kaum fakir miskin
Rasulullah SAW bersabda :
“Makanan yang paling buruk adalah  makanan dalam walimah, dimana orang-orang kaya diundang makan sedangkan orang-orang miskin tidak diundang”. (HR. Bukhari – Baihaqi).

Apabila sebuah pernikahan dan walimah diselenggarakan dengan tatacara demikian, Insya Allah keberkahan ibadah dalam acara itu diperolehnya. Sebaliknya, akan rusak jika jauh dari aturan yang ada.


NASIHAT UNTUK KEDUA MEMPELAI

Izinkanlah kami menyampaikan amanat, pertama kepada saudara yang harus memikul wasiat Nabi pada haji Wada”
Saudaraku, pagi ini dengan nikmat dan inayah Allah SWT, Anda sampai pada saat yang paling indah, paling bahagia, tetapi paling mendebarkan dalam kehidupan Anda. Saat paling indah, sebab mulai pagi ini cinta tidak hanya berbentuk impian dan khayalan. Saat yang paling bahagia, sebab akhirnya Anda berhasil mendampingi wanita yang Anda cintai (Insya Allah). Saat yang paling mendebarkan sebab mulai saat ini Anda memikul amanah Allah untuk menjadi pemimpin keluarga.
Dahulu Anda adalah manusia bebas yang pergi sesuka Anda. Tatapi sejak pagi ini bial Anda belum pulang juga sampai larut malam, di rumah ada seorang wanita yang tidak dapat tidur, karena mencemaskan Anda. Kini, bila berhari-hari Anda tidak pulang tanpa berita, di kamar Anda ada seorang wanita lembut yang akan membasahi bantalnya dengan linangan airmata. Dahulu bila Anda mendapat musibah, Anda hanya mendapat ucapan, ‘turut berduka cita’ dari sahabat-sahabat Anda. Tetapi kini, seorang istri akan bersedia mengorbankan apa saja agar meraih kembali kebahagiaan Anda. Sekarang Anda mempunyai kekasih yang diciptakan Allah untuk berbagi suka dan duka dengan Anda.
Saudara, wanita yang duduk disisi Anda bukanlah segumpal daging yang dapat Anda kerat semena-mena, dan bukan pula budak belian yang dapat Anda perlakukan sewenang-wenang. Ia adalah wanita yang dianugerahkan oleh Allah untuk membuat hidup Anda lebih indah dan lebih bermakna. Ia adalah amanat Allah yang akan Anda pertanggungjawabkan di hadapan-Nya.
Rasulullah SAW bersabda :
“Ada dua dosa yang akan didahulukan Allah siksanya di dunia ini juga, yaitu : Al bagyu dan durhaka kepada kedua orangtua”. (HR. Turmudzi, Bukhori dan thabrani)
Al Bagyu adalah berbuat sewenang-wenang, berbuat dzalim dan menganiaya orang lain. Dan Al Bagyu yang paling dimurkai adalah berbuat dzalim kepada istri, menyakiti hatinya, merampas kehangatan cintanya, merendahkan kehormatannya, mengabaikan dalam mengambil keputusan, dan mencabut haknya untuk memperoleh kebahagiaan hidup bersama Anda. Karena itu Rasulullah SAW mengukur tinggi rendahnya martabat laki-laki dari cara ia bergaul dengan istrinya, Nabi yang mulia bersabda :
“Tidak akan memuliakan wanita kecuali laki-laki yang mulia, dan tidak akan merendahkan wanita kecuali laki-laki yang rendah pula”.
Rasulullah SAW adalah manusia yang paling mulia. Dan Aisyah ra. Bercerita bagaimana Rasulullah memuliakannya:
“Di rumah, kata Aisyah, “Rasulullah melayani keperluan istrinya memasak, menyapu lantai, memerah susu dan membersihkan pakaian. Dia memanggil istrinya dengan gelaran yang baik”.
Setelah Rasulullah SAW meninggal dunia, ada beberapa sahabat menemui Aisyah, memintanya agar menceritakan perilaku rasulullah SAW, Aisyah sesaat tidak menjawab permintaan itu. Airmatanya berderai. Kemudian dengan nafas panjang ia berkata “Kaana kullu amrihi ‘ajaba’ (Ahh …. perilakunya indah).

Ketika didesak untuk menceritakan perilaku Rasul yang paling mempesona. Aisyah kemudian mengisahkan bagaimana Rasul yang mulia ditengah malam bangun dan meminta izin kepada Aisyah untuk shalat malam.
“Izinkan aku beribadah kepada Rabbku,” ujar Rasulullah kepada Aisyah.
Bayangkan Saudara, sampai untuk shalat malam saja diperlukan izin istrinya. Disitu berhimpun kemesraan, kesucian, kesetiaan, dan penghormatan.
Saudaraku, kalau saya harus menyimpulkan nasihat saya kepada Anda, saya ingin mengucapkan: “Muliakanlah istri Anda begitu rupa sehingga kelak bila Allah menakdirkan Anda meninggal lebih dahulu, lalu kami tanyai istri Anda tentang anda, ia akan menjawab seperti Aisyah: “Ahh…. Semua perilakunya indah, menakjubkan.”

Saudaraku, dengan izin Anda perkenankanlah saya sekaran menyampaikan wasiat Rasulullah SAW, kepada wanita disamping Anda:
“Seandainya aku boleh memerintahkan manusia bersujud kepada manusia lain, aku akan perintahkan para istri untuk bersujud pada suami mereka karena besarnya hak suami yang dianugerahkan Allah atas mereka”.
Banyak istri yang menuntut agar suaminya membahagiakan mereka. Jarang terpikirkan oleh mereka bagaimana ia membahagiakan suami. Padahal cinta kasih sayang akan tumbuh dan subur dalam suasana ‘memberi’ bukan ‘mengambil’. Cinta adalah ‘sharing’ saling berbagi. Anda tidak akan memperoleh cinta kalau yang Anda tebarkan adalah kebencian. Anda tidak akan memetik kasih sayang kalau yang Anda tanam adalah kemarahan. Anda tidak akan meraih ketenangan bila yang Anda suburkan dendam dan kekecewaan.
Saudariku, Anda boleh memberi apa saja yang Anda miliki. Tetapi, buat suami Anda, tidak ada pemberian istri yang paling membahagiakan selain hati yang selalu siap berbagi kesenangan dan penderitaan. Diluar rumah, suami Anda boleh jadi diguncangkan dengan berbagai kesulitan. Di luar, ia menemukan wajah-wajah tegar, mata-mata tajam, ucapan-ucapan kasar, dan pergumulan hidup yang berat. Ia ingin ketika pulang ke rumah, menemukan wajah yang ceria, mata yang sejuk, ucapan yang lembut, dan berlindung dalam keteduhan kasih sayang Anda (seperti cerita putri  saljunya Anderson). Suami Anda ingin mencairkan seluruh beban jiwanya dengan kehangatan air mata yang terbit dari samudera kasih sayang Anda.

Rasul yang mulia pernah berkata bahwa istri terbaik adalah:
“Istri yang paling baik adalah yang membahagiakanmu, saat kamu memandangnya, yang mematuhimu kalau kamu menyuruhnya, dan memelihara kehormatan dirinya dan hartamu bila kamu tidak ada disisinya.”
Saudariku….
Rasul bersabda bahwa surga terletak dibawah telapak kaki kaum ibu, maka apakah rumah tanggan yang Anda bangun hari ini akan menjadi surga atau neraka, bergantung kepada Anda sebagai ibu rumah tangga. Rumah tangga akan menjadi surga bila Anda menghiasnya dengan kesabaran, kesetiaan dan kesucian. Allah SWT berfirman:
“Wahai-wanita ingatlah ayat-ayat Allah dan hikmah yang dbacakan dirumah-rumah kami. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang dan Maha Mengetahui.” (QS. 33:34)
Saudariku, kelak bila perahu rumah tangga Anda bertubrukan dengan kerikil tajam, bila impian remaja telah berganti menjadi kenyataan yang pahit, bila bukit-bukit harapan diguncangkan gempa cobaan, kami ingin melihat Anda tetap teguh di samping suami Anda. Anda tetap tersenyum walaupun langit mendung. Pada saat seperti itu mungkin tidak ada yang paling menyejukkan suami Anda selain melihat pemandangan yang mengharukan. Ia bangun di malam hari, didapatinya Anda tidak ada disampingnya. Tetapi, ia dengan suara yang dikenalnya betul.
Di atas sajadah dan di atas lantai yang dingin ia menyaksikan seorang wanita bersujud. Suaranya bergetar. Ia memohon agar Allah menganugerahkan pertolongan bagi suaminya. Pada saat seperti itu suami Anda akan mengangkat tangannya ke langit, dan dengan airmata yang menetes ia berdo’a :
“Ya Allah, karuniakanlah kepada kami istri dan keturunan yang menentramkan hati kami, dan jadikanlah kami penghulu orang-orang yang bertaqwa”.
Saudariku, pernah suatu saat Aisyah ra. Bercerita, alam setelah meninggalnya Khadijah ra. :
“Hampir setiap kali Rasulullah SAW, akan keluar rumah, beliau menyebut nama Khadijah seraya memujinya. Sehingga pada suatu hari, ketika beliau menyebutnya lagi, timbul rasa cemburuku dan kukatakan padanya, “Bukankah ia hanya seorang wanita yang sudah tua, sedang Allah telah memberi Anda pengganti yang lebih baik daripada dia?”
Mendengar itu rasulullah SAW kelihatan sangat marah, sehingga bagian depan rambutnya bergetar karenanya. Lalu beliau berkata, “Tidak, demi Allah ! Aku tidak mendapat pengganti yang lebih baik daripada dia ! Dia beriman keapdaku ketika orang-orang mendustakanku. Dia membantuku dengan hartanya ketika tak seorangpun selain dia bersedia memberiku sesuatu. Dan Allah telah menganugerahkan keturunan dari padanya, dan tidak dari istri-istriku yang lain.” (Al Hadits)
Saudariku, seandainya ditakdirkan  Allah Anda meninggal lebih dahulu, lalu kami menemui suami Anda, dan kami tawarkan pengganti Anda. Pada saat itu, suami Anda akan bergetar marah, dan seperti Rasul yang mulia, ia berkata, “Demi Allah, tidak ada yang dapat menggantikan dia. Dia yang memperkuat hatiku ketika aku hampir putus asa, dia mempercayaiku ketika semua orang menjauhiku. Dia memberikan ketulusan hati ketika semua orang mengkhianatiku”. Bila itu terjadi berbahagialah Anda, saudariku, karena rasulullah SAW bersabda :
Bila seorang wanita meninggal dunia, dan suaminya ridho sekali dengan tingkah lakuknya semasa hidupnya, maka wanita itu masuk surga”.
Marilah kita antarkan kedua mempelai pada kehidupan mereka yang baru. Kepada mereka berdua ingin kita amanatkan firman Allah SWT :
“Berbekallah kalian, sesungguhnya bekal yang paling baik adalah taqwa”.

Pernikahan Tanpa Kemewahan

Ketika Nabi Muhammad menikahkan Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib, beliau mengundang Abu Bakar, Umar, dan Usamah untuk membawakan “persiapan” Fatimah. Mereka bertanya-tanya, apa gerangan yang dipersiapkan Rasulullah untuk putri kinasih dan keponakan tersayangnya itu? Ternyata bekalnya cuma penggilingan gandum, kulit binatang yang disamak,kendi, dan sebuah piring.

Mengetahui hal itu, Abu Bakar menangis. "Ya Rasulullah. Inikah persiapan untuk Fatimah?" tanya Abu Bakar terguguk. Nabi Muhammad pun menenangkannya, "Wahai Abu Bakar. Ini sudah cukup bagi orang yang berada di dunia."

Fatimah, sang pengantin itu, kemudian keluar rumah dengan memakai pakaian yang cukup bagus, tapi ada 12 tambalannya. Tak ada perhiasan, apalagi pernik-pernik mahal.

Setelah menikah, Fatimah senantiasa menggiling gandum dengan tangannya, membaca Alquran dengan lidahnya, menafsirkan kitab suci dengan hatinya, dan menangis dengan matanya.

Itulah sebagian kemuliaaan dari Fatimah.
Ada ribuan atau jutaan Fatimah yang telah menunjukkan kemuliaan akhlaknya. Dari mereka kelak lahir ulama-ulama ulung yang menjadi guru dan rujukan seluruh imam, termasuk Imam Maliki, Hanafi, Syafi'i, dan Hambali.

Bagaimana gadis sekarang? Mereka, memang tak lagi menggiling gandum, tapi menekan tuts-tuts komputer. Tapi bagaimana lidah, hati, dan matanya? Bulan lalu, ada seorang gadis di Bekasi, yang nyaris mati karena bunuh diri. Rupanya ia minta dinikahkan dengan pujaan hatinya dengan pesta meriah. Karena ayahnya tak mau, dia pun nekat bunuh diri dengan minum Baygon. Untung jiwanya terselamatkan. Seandainya saja tak terselamatkan, naudzubillah min dzalik! Allah mengharamkan surga untuk orang yang mati bunuh diri.

Si gadis tadi rupanya menjadikan kemewahan pernikahannya sebagai sebuah prinsip hidup yang tak bisa dilanggar. Sayang, gadis
malang itu mungkin belum menghayati cara Rasulullah menikahkan putrinya. Pesta pernikahan putri Rasulullah itu menggambarkan kepada kita, betapa kesederhanaan telah menjadi "darah daging" kehidupan Nabi yang mulia. Bahkan ketika "pesta pernikahan" putrinya, yang selayaknya diadakan dengan meriah, Muhammad tetap menunjukkan kesederhanaan.

Bagi Rasulullah, membuat pesta besar untuk pernikahan putrinya bukanlah hal sulit. Tapi, sebagai manusia agung yang suci, "kemegahan" pesta pernikahan putrinya, bukan ditunjukkan oleh hal-hal yang bersifat duniawi. Rasul justru menunjukkan "kemegahan" kesederhanaan dan "kemegahan" sifat qanaah, yang merupakan kekayaan hakiki. Rasululllah bersabda, "Kekayaan yang sejati adalah kekayaan iman, yang tecermin dalam sifat qanaah".

Iman, kesederhanaan, dan qanaah adalah suatu yang tak bisa dipisahkan. Seorang beriman, tecermin dari kesederhanaan hidupnya dan kesederhanaan itu tecermin dari sifatnya yang qanaah. Qanaah adalah sebuah sikap yang menerima ketentuan Allah dengan sabar; dan menarik diri dari kecintaan pada dunia. Rasulullah bersabda, "Qanaah adalah harta yang tak akan hilang dan tabungan yang tak akan lenyap." (Agus Haris)


40 NASEHAT SAIYIDINA ALI


Berikut adalah 40 nasihat Saiyidina Ali sebagaimana yang terdapat idalam kitab Nahjul Balagh dan Al-Bayan Wattabyeen r.a. :

1.      Pendapat seorang tua adalah lebih baik daripada tenaga seorang muda.
2.      Menyokong kesalahan adalah menindas kebenaran
3.      Kebesaran  seseorang itu bergantung dengan qalbunya yang mana adalah sekeping daging
4.      Mereka yang bersifat pertengahan dalam semua hal tidak akan menjadi miskin
5.      Jagailah ibubapa kamu,nescaya anak-anakmu akan menjagai kamu
6.      Bakhil terhadap apa yang ditangan adalah tidak mempunyai kepecayaan terhadap Allah
7.      Kekayaan seorang bakhil akan turun kepada ahli warisnya atau keangin. Tidak ada yang terpencil dari seorang yang bakhil
8.      Seorang arif adalah lebih baik daripada arif.Seorang jahat adalah lebih jahat daripada kejahatan
9.      Ilmu adalah lebih baik dari pada kekayaan kerana kekayaan harus dijagai ,sedangakn ilmu menjaga kamu
10.  Jagalah harta bendamu dengan mengeluarkan zakat dan angkatkan kesusahan mu dengan mendirikan sembahyang
11.  Sifat menahan kemarahan adalah lebih mulia daripada membalas dendam
12.  Mengajar adalah belajar
13.  Berkhairatlah mengikut kemampuan mu dan janganlah kamu jadikan keluargamu hina dan miskin
14.  Insan terbahagi kepada 3 :
q  mereka yang mengenal Allah
q  mereka yang mencari kebenaran
q  mereka yang tidak berpengetahuan dan tidak mencari kebenaran. Golongan yang terakhir inilah yang paling rendah dan tak baik sekali dan mereka akan ikut sebarang ketua dengan buta seperti kambing

15.  Insan tak akan melihat kesalahan seorang yang bersifat tawadhu' dan lemah
16.  Janganlah kamu takut kepada sesiapa melainkan dosamu terhadap Allah
17.  Mereka yang mencari kesilapan dirinya sendiri adalah selamat dari mencari kesilapan orang lain
18.  Harga diri seseorang itu adalah berdasarkan apa yang ia lakukan untuk memperbaiki dirinya
19.  Manusia sebenarnya sedang tidur tetapi akan bangun bila ia mati
20.  Jika kamu mempunyai sepenuh keyakinan akan Al-Haq dan kebenaran, nescaya keyakinanmu tetap tidak akan berubah walaupun terbuka rahsia2 kebenaran itu.
21.  Allah merahmati mereka yang kenal akan dirinya dan tidak melampaui batas
22.  Sifat seseorang tersembunyi disebalik lidahnya
23.  Seorang yang membantu adalah sayapnya seorang yang meminta
24.  Insan tidur di atas kematian anaknya tetapi tidak tidur di atas kehilangan hartanya
25.  Barangsiapa yang mencari apa yang tidak mengenainya nescaya hilang apa yang mengenainya
26.  Mereka yang mendengar orang yang mengumpat terdiri daripada golongan mereka yang mengumpat
27.  Kegelisahan adalah lebih sukar dari kesabaran
28.  Seorang yang hamba kepada syahwatnya adalah seorang yang lebih hina daripada seorang hamba kepada hamba
29.  Orang yang dengki marah kepada orang tidak berdosa
30.  Putus harapan adalah satu kebebasan , mengharap (kepada manusia) adalah suatu kehambaan
31.  Sangkaan seorang yang berakal adalah suatu ramalan
32.  Seorang akan mendapat tauladan di atas apa yang dilihat
33.  Taat kepada perempuan(selain ibu) adalah kejahilan yang paling besar
34.  Kejahatan itu mengumpulkan kecelaan yang memalukan
35.  Jika berharta, berniagalah dengan Allah dengan bersedekah
36.  Janganlah kamu lihat siapa yang berkata tetapi lihat apa yang dikatakannya
37.  Tidak ada percintaan dengan sifat yang berpura2
38.  Tidak ada pakaian yang lebih indah daripada keselamatan
39.  Kebiasaan lisan adalah apa yang telah dibiasakannya
40.  Jika kamu telah menguasai musuhmu, maafkanlah mereka, kerana perbuatan itu adalah syukur kepada kejayaan yang telah kamu perolehi.

Berbagi dengan Allah


Dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Pengasih
Segala puji bagi Allah, tuhan sekalian alam
Maha Pemurah, Maha Pengasih
Penguasa hari pembalasan
Hanya kepada-Mu kami menyembah, hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan
Tunjukilah kiranya kami jalan yang lurus

Jalan mereka yang Kaulimpahi anugerah, bukan mereka yang kena murka dan bukan mereka yang sesat. (Q. 1:1-7)

Segala puji bagi Allah, yang dengan kasih sayang-Nya telah menghadiahkan kepada kita surah Fatihah.

Segala puji bagi Allah, yang telah memberikan kepada kita ayat-ayat penghibur yang demikian bagus, ayat-ayat kecintaan yang selalu kita ulang-ucapkan dan kita ulang lagi dengan sayang, ayat-ayat pegangan di tengah gejolak hidup dunia dan bekal kita menempuh perjalanan akhirat yang jauh dan panjang.

Segala puji bagi Allah yang telah membuatkan untuk kita sebuah gerbang tempat kita bisa berbisik-bisik kepada-Nya dalam sembahyang, tempat orang terhormat, kaya, sukses, megah dan bangga dipaksa mendarat ke landasan semula dan mendapati kembali jati dirinya yang sama sekali tidak berlebih atau berkurang dari orang kebanyakan, tempat orang-orang melarat, gagal, bingung, terlempar, hina, ditindas, ditipu, dikhianati, dijauhi hampir semua orang dan memang tidak dianggap berguna, bisa mengangkat tangan arah telinga, mengucapkan takbir pertama dan mulai melafalkan ayat-ayatnya, dan boleh menangis karena memperoleh Kawan Sejati, tumpuan mencurahkan seluruh ihwal hati, mendapatkan kesadaran betapa dirinya absah, hidupnya punya tujuan dan kehadirannya demikian berarti.

Segala puji bagi Tuhan yang telah menghadiahkan kepada kita sebuah simpul yang kecil sahaja, yang bisa kita ciumi, kita tempelkan di pipi dan kita lekatkan ke dada, sebuah rangkuman mungil dari keseluruhan sabda agung Kitab Suci. Surah Fatihah. Surah Fatihah. Dari Abu Hurairah r.a., dituturkan, Nabi s.a.w. bertanya kepada Ubay r.a.: "Maukah engkau kuberi tahu sebuah surah yang di dalam Taurat, atau Injil, juga Al-Quran, tidak diturunkan yang seperti itu?"

"Tentu saja, ya Rasulullah."

"Itulah Fatihatul Kitab," kata beliau. "Dialah Tujuh yang Diulang-ulang dan Quran yang Agung..."

Sembilan Buah Nama. Al-Fatihah terdiri atas tujuh ayat. Ini disepakati. Atau 27 kata (dalam bahasa aslinya), atau 140 huruf. (Al-Khazin, Lubabut Ta'wil, I:11). Para peneliti hanya berbeda pendapat mengenai ayat mana yang menjadikan surah ini tujuh ayat. Mayoritas ulama klasik Kufah memandangnya tujuh ayat bersama basmalah (lafal bismillah). Ini diriwayatkan dari sekelompok sahabat Nabi s.a.w. dan para tabi'in. Pendapat kedua: tujuh ayat tanpa basmalah. Dalam hal ini ayat ketujuh adalah Ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh-dhaalliin. Ini keyakinan mayoritas qari Madinah dan mereka yang setuju. (Ath-Thabari, Jami'ul Bayan, I:48).

Ada sejumlah nama untuk rangkaian ayat ini--dan banyaknya nama memang lazim menunjukkan kebesaran yang diberi nama. Pertama, Fatihatul Kitab. Disebut demikian karena dengan ayat-ayat itu Al-Quran dibuka, dengan itu penulisan mushaf-mushafnya dimulai, dan dengan itu pula sembahyang diawali. Kedua, surah Al-Hamd (Pujian)--karena dimulai dengan alhamdu lillah. Ketiga, Ummul Quran atau Ummul Kitab (umm = ibu), karena dia pondasi Al-Quran. Ada juga yang berkata: karena dia imam untuk semua surah yang mengiringinya dalam Al-Quran. (Al-Khazin: loc. cit.).

Atau, karena ia meliputi seluruh makna yang terkandung dalam Al-Quran. Yakni, pujian kepada Allah Ta'ala yang memang Dzat yang selayaknya, laku ibadah dengan menetapi perintah dan larangan, serta berita gembira dan ancaman. (Az-Zamakhsyari, Al-Kasysyaf, I:23).

Mengenai pujian, yakni pengenaan sifat-sifat kesempurnaan pada Allah Ta'ala, itu jelas kiranya. Sedangkan ibadah yang dimaksudkan itu berada dalam Iyyaaka na'budu ("Kepada-Mu kami menyembah"). Karena ibadah adalah laku seorang hamba memenuhi tuntutan penyembahan dan apa yang membangun laku itu, seperti kepatuhan kepada semua perintah Al-Maula (Sang Pelindung) dan kepada larangan-Nya. Atau, faktor ibadah itu terletak di dalam ash-shiraathal mustaqiim ("jalan yang lurus"). Sebab yang dimaksudkan adalah agama Islam, yang mengandung hukum-hukum. Atau, di dalam alhamdu lillaah--karena ini pengajaran kepada para hamba, yang maknanya: "Katakan: 'Segala puji bagi Allah'..." Sedangkan perintah melakukan sesuatu yang bersifat wajib mengharuskan pelarangan apa saja yang menjadi lawannya.

Sementara itu, mengenai berita gembira dan ancaman, itu berada dalam an'amta 'alaihim ("Kaulimpahi anugerah") dan almaghdhuubi 'alaihim ("yang kena murka"). Atau dalam yaumid diin ("hari pembalasan"), karena ini mengandung faktor-faktor pahala dan hukuman.

Adapun maksud pembatasan tujuan-tujuan Al-Quran yang luhur itu ke dalam landasan yang tiga di atas adalah bahwa kitab suci ini diturunkan sebagai bimbingan kepada para hamba bagi pengenalan tempat berangkat dan tempat pulang. Yakni agar mereka menunaikan hak Pencipta dengan menuruti apa-apa yang Dia perintahkan dan Dia larang, dan menyimpan, dengan itu, pahala yang besar untuk negeri tempat berpulang.

Atau, dengan ungkapan lain, Al-Quran diturunkan untuk menjamin kebahagiaan insan, dan itu dengan mengenal pelindungnya dan menyambungkan diri kepada-Nya dengan segala sarana yang mendekatkannya dengan Dia dan menyingkiri segala yang menjauhkanya daripada-Nya. Tidak boleh tidak, untuk menjalin hubungan itu diperlukan pendorong. Dan itulah berita gembira (al-wa'd). Sedangkan untuk penyingkiran diri diperlukan penghardik, dan itulah ancaman (al-wa'iid). Kalaulah tidak dengan yang dua itu, tentulah kemalasan yang sangat alami itu menguasai jiwa, bertahta segala rangsang hawa nafsu makhluk manusia, sementara jiwa tertutup dari hadirat Cahaya akibat kegelapan yang tiap bagiannya lebih pekat dari yang selebihnya.

Surah Perbendaharaan. Tidak bisa dikatakan bahwa banyak surah dalam Al-Quran mengandung makna-makna tersebut. Tidak pula mereka dinamai Ummul Quran. Karena surah ini didahulukan dari segala surah yang lain di dalam letak ... sedangkan dia mengandung seluruh makna yang sudah disebut secara global, dengan tertib isi yang bagus, kemudian dirinci dalam surah-surah berikutnya, sehingga surah ini turun dalam posisi ibarat Mekah dibanding segala wilayah ... Maka seperti halnya Mekah menjadi ibu negeri (Ummul Qura), demikian pula Fatihah menjadi Ummul Quran (Induk Al-Quran). (Al-Jurjani, Hasyiah, dalam Zamakhsyari, op. cit.:23n-24n).

Tetapi dari jurusan kandungan itu juga ia disebut, sebagai nama keempat, surah Kanz (Perbendaharaan). Adapun dinamakannya dia surah Shalah, sebagai nama kelima, adalah karena ia, berkat pembacaannya dalam salat, menjadi surah yang utama atau yang memuaskan. (Zamakhsyari, op. cit.:24). Dengan kata lain, pewajiban pembacaan Fatihah di dalam salat menjadikan surah ini punya fadhilah (keutamaan), menurut mazhab Abu Hanifah, atau surah yang memuaskan menurut mazhab Syafi'i. (Jurjani, op. cit.:24n). Itu di samping, sebagai nama keenam, ia disebut juga surah Syifaa' (Obat) atau Syafiah (Yang Mengobati). (Zamakhsyari: loc. cit.).

Adapun nama ketujuh adalah yang disebut resmi dalam Al-Quran: As-Sab'ul Matsani (Tujuh yang Diulang), karena ia diulang-ulang melafalkannya di dalam salat, dibaca di tiap rakaat. (Al-Khazin: loc. cit.). Ibn Jarir meriwayatkan dari sumber pertama, Abu Raja', yang bertanya kepada Al-Hasan mengenai firman "Dan sungguh sudah Aku berikan kepada engkau Tujuh yang Diulang-ulang dan Quran yang Agung" (Q. 15:87). Kata Al-Hasan, "Itu Fatihatul Kitab (surah Fatihah)."

Lalu Al-Hasan kembali ditanya soal itu, "sedangkan aku (kata Abu Raja') mendengar." Al-Hasan lalu membaca surah tersebut: Alhamdu lillaahi rabbil' aalamiin, sampai ke penutup. Kemudian berkata, "Diulang di setiap pembacaan"--atau, katanya, "di setiap sembahyang" (keraguan dari Abu Ja'far Thabari). "Diulang" itulah yang dimaksudkan dengan al-matsaanii, sebagai nama lain dari Fatihah. Karena itu adalah Fatihah yang dimaksudkan Abu Najm Al-'Ajali dengan kata terakhir petikan kasidahnya berikut ini:

Alhamdu lillaahil ladzii 'aafaanii

Wa kulla khairin ba'dahuu a'thaanii

Minal Qur'aani wa minal Matsaanii

Puji Allah yang telah berkenan memelihara diriku ini

Dan segala yang baik yang Dia berikan kepadaku selain ini

Berupa Al-Quran serta Al-Matsani

(Thabari: loc. cit.).

Tetapi, bisa juga al-matsaanii berasal dari istitsnaa' (pengkhususan, pengecualian). Ini karena Allah mengkhususkannya hanya untuk umat Muhammad dan menyimpannya, tidak menurunkannya, kepada yang lain. Di samping itu, tidak tertutup kemungkinan ia disebut surah yang "berulang-ulang" karena diturunkan dua kali.

Nama kedelapan adalah Al-Wafiah (Yang Lengkap). Ini karena dia tidak dibagi di dalam salat--tidak dibaca hanya sebagian--seperti surah-surah lain. Sedangkan nama kesembilan Al-Kafiah (Yang Mencukupi), karena dia mencukupi yang lain-lain di dalam salat, sementara yang lain-lain tidak bisa menggantikannya. Untuk salat, seperti yang kita tahu, orang hanya wajib membaca Fatihah dan bukan atau tanpa yang lain.

Hakikat Pembagian. Hadis Abu Sa'id ibn Al-Ma'la. Ia bertutur: "Aku bersembahyang di masjid. Rasulullah memanggilku. Aku tidak menjawab. Baru kemudian aku datang, dan berkata, 'Ya Rasulallah, barusan saya bersembahyang.' Sahut beliau, 'Bukankah Allah sudah berfirman, "Sambutlah Allah dan Rasul-Nya kalau memanggil kamu".' Kemudian kata beliau, 'Akan kuberi tahu kamu sebuah surah, yang adalah surah paling agung dalam Al-Quran, sebelum kamu keluar dari masjid.' Lalu beliau mengambil tanganku. Ketika beliau sendiri bermaksud meninggalkan masjid, aku yang mengingatkan beliau: 'Ya Rasulallah, bukankah Bapak berkata, "Akan kuberi tahu kamu sebuah surah yang adalah surah paling agung dalam Al-Quran"?' Sabda beliau: 'Alhamdu lillaahi rabbil 'aalamiin. Dialah "Tujuh yang Diulang-ulang" dan "Quran yang Agung" yang aku terima'." (Riwayat Malik).

Dari Ubay ibn Ka'b r.a., katanya: Sabda Rasulullah s.a.w., "Allah tidak menurunkan di dalam Taurat maupun Injil yang sebanding dengan Ummul Quran. Dia adalah Tujuh yang Diulang-ulang dan Al-Quran yang Agung. 'Dia terbagi antara Aku dan hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang dia minta." (Riwayat Turmudzi dan Nasa'i).

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Siapa saja yang mengerjakan satu salat tanpa membaca Ummul Quran maka dia tidak lengkap. Tidak lengkap. Tidak lengkap." Sang perawi menyahut: "Wahai Abu Hurairah. Terkadang saya berada di belakang imam." "Abu Hurairah menyentuh lenganku (perawi) dan berkata, 'Baca sajalah diam-diam, Anak Parsi. Aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda, "Berfirman Allah Tabaraka Wata'ala, 'Aku sudah membagi salat antara Aku dan para hamba-Ku menjadi dua bagian. Separo untuk-Ku dan separo untuk hamba-Ku, dan hamba-Ku mendapat yang dia minta.'

Pada ketika si hamba mengucapkan Alhamdu lillaahi rabbil 'aalamiin, berkata Allah, 'Hamba-Ku memuji Aku'. Ketika ia mengucapkan Ar-rahmaanir Rahiim ("Maha Pemurah Maha Pengasih"), berfirman Allah, 'Aku menanggung hamba-Ku.' Ketika ia mengucapkan Maaliki yaumiddiin ("Penguasa hari pembalasan"), Allah berfirman, 'Hamba-Ku mengagungkan Aku'--dan mungkin juga kata-kata itu 'Hamba-Ku menyerahkan urusannya kepada-Ku.'

Lalu, ketika ia berkata, Iyyaaka na'budu wa-iyyaaka nasta'iin (Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan), firman Allah: "Ini antara Aku dan hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku apa yang dia minta." Sedangkan ketika ia melafalkan Ihdinash shiraathal mustaqiim, shiraathal ladziina an'amta 'alaihim, ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh-dhaalliin ("Tunjukilah kiranya kami jalan yang lurus, Jalan mereka yang Kaulimpahi anugerah, bukan mereka yang kena murka dan bukan mereka yang sesat"), Allah berfirman, 'Yang ini untuk hamba-Ku. Hamba-Ku mendapat yang dia minta'."

Syahdan, hakikat pembagian, yang dijadikan-Nya antara Dia dan hamba-Nya, itu pulang kepada makna, bukan kepada lafal. Karena surah ini, dari jurusan makna, "separonya pujian dan separonya permohonan dan doa". Ini pembagian menurut Al-Khazin, senada dengan hadis di atas, lebih global dibanding yang dibuat Zamakhsyari dan diuraikan Jurjani. Bagian pujian selesai pada Iyyaaka na'budu, sedangkan wa iyyaaka nasta'iin sudah termasuk bagian doa. Karena itulah Ia berfirman, "Ini antara Aku dan hamba-Ku. Hamba-Ku mendapat apa yang dia minta." (Khazin, op. cit.:11-12). Amin. Selamat berpuasa.

 Sebuah simpul kecil, bisa kita ciumi, kita tempelkan ke pipi dan kita lekatkan ke dada, sebuah rangkuman mungil dari keseluruhan Sabda. Surah Al-Fatihah.

Cinta Karena Allah



Saling cinta mencintai dan sayang menyayangi karena Allah, merupakan cerminan dari kebenaran cinta kepada Allah. Sebab cinta kepada Allah akan melahirkan cinta kepada apa-apa yang dicintai Allah dan mencintai kepada amalan-amalan yang dapat mendekatkan diri kepada mardhotillah.
Mencintai para nabi, orang-orang saleh dan orang-orang mu'min adalah bagian yang tak terpisahkan dari kecintaan kepada Allah. Jika kita mencintai seseorang karena Allah, sebenarnya kita mencintai Allah juga, karena pada diri seorang yang kita cintai (orang mu'min) itu ada daya tarik tersendiri yang akan mendorong cinta kita yang lebih mendalam kepada Allah.

Adapun jika kita mencintai sesorang karena memang ia adalah muslim yang shaleh dan mu'min yang taat, maka kita telah menjalani persahabatan yang hakiki dan percintaan yang abadi, dan akan membawa kebahagiaan sampai akhir nanti.

"Teman-teman akrab pada hari itu sebahagiannya menjadi musuh bagi sebahagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa" (QS Az-Zukruf: 67)

Bertasbih yang banyak dan berdzikir yang terus menerus adalah tujuan utama dari cinta mencintai karena Allah. Dan agar percintaan ini semakin kokoh dan terus berlanjut, maka yang harus kita lakukan adalah:

1.      Memberitahu kepada orang yang kita cintai, bahwa kita mencintainya karena Allah .
"Jika salah seorang di antara  kalian mencintai temannya, maka datanglah ke rumahnya dan beritahu bahwa ia mencintainya adalah karena Allah" (dari Abu Dzar-HR Ibnu Mubarak)

2.      Saling Memberi Hadiah "Hendaklah kalian saling memberi hadiah, niscaya kalian akan saling cinta-mencintai" (dari Abu Hurairah- HR Bukhari)

3.      Saling berkunjung ke rumah masing-masing "Ya Abu Hurairah, kunjungilah temanmu, niscaya akan bertambahlah kecintaanmu" (dari Abu Hurairah - HR Bazzaar dan Tabrani)

4.      Saling mengeluarkan harta di jalan Allah

5.      Meninggalkan dosa
"Jika ada dua orang yang saling mencintai karena Allah lalu keduanya berpisah, maka tidak ada yang memisahkan antara keduanya kecuali yang diperbuat oleh salah seorang di antara keduanya" (HR Bukhari)


Cinta yang demikian itu akan menghasilkan buah yang sangat berguna dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, di antaranya:

  1. Mendapatkan anugerah cinta yang tinggi dari Allah SWT
  2. Mendapat "karamah" (kemuliaan) dari Allah SWT
  3. Mendapat perlindungan dari Allah di hari kiamat  "Allah SWT berfirman pada hari kiamat nanti: mana   orang-orang yang  saling  cinta-mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini Aku melindungi  mereka  di bawah naungan-Ku, dan tidak ada naungan lain selain naungan-Ku ini"  (HR Malik)
  4. Hilangnya ketakutan dan kesedihan hati
  5. Memperoleh keimanan yang sempurna
  6. Merasakan manisnya iman


“Tiga perkara yang barangsiapa melakukannya akan merasakan manisnya  iman” :

  1. Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari yang lainnya
  2. Mencintai seseorang karena Allah
  3. Benci kepada kekafiran setelah Allah membebaskan dirinya,  sebagaimana  ia membenci untuk dilemparkan ke dalam neraka"

Cinta dan Permasalahannya...


"Barangsiapa tiada semangat permulaan yang membakar, maka tiada baginya kejayaan pengakhiran yang gemilang" (Ibnu 'Atoillah)

"Barangsiapa tiada semangat permulaan yang membakar, maka tiada baginya kejayaan pengakhiran yang gemilang" (Ibnu 'Atoillah)

from: abdul aziz mazlan

walaupun email ni panjang tapi manfaatnye besar.. bacalah...dan renungkanlah.. ana dapat dari #surau....chatting..

“Orang yang berani diketahui keberaniannya ketika berjuang
Orang yang pemaaf akan diketahui sifatnya ketika marah
Orang yang amanah diketahui ketika mengambil dan menerima
Dan orang yang mengaku bersaudara akan diketahui kebenaran pengakuannya ketika temannya dalam kesusahan”  ~pujangga arab~

Maka di sini bermula.. Di sini saya ingin memaparkan persoalan yang senantiasa ditanyai oleh kawan kawan chat saya semuga ia boleh menjadi iktibar bersama dan menjadi pengajaran bersama kerana ia boleh melalaikan kita sendiri selaku peng'chat'.

Masalah percaya atau tidak percaya, bukan pokok. Dan tidak salah jika seseorang lelaki itu atas dasarnya ingin mencari calun isteri.Tetapi pokok persoalan nya sejauh manakah patut hadir rasa   cinta  dan cara perlaksanaannya.
Masalahnya sejauh manakah di anatara kita dapat mengawal perasaan  sendiri?????
Malah apa yang saya lihat, ramai sekali mudah jatuh hati pada seseorang tanpa mempertimbangkan unsur-unsur agama ialah 'sekufu'. Dalam erti mudah, kesesuaian   diantarajiwa , hati baik dari segi rohani, sifat diri,akhlak, back ground agama, kekeluargaan, harta dll perlu di ambil kira.

Saya telah lihat ramai jatuh hati kerana sandaran nama yang cantik yang di bayangi rupa yang cantik, susunan kata kata manja yang menarik perhatian , penerusan ungkapan manja yang   sekaligus melalaikan kita walaupun baru 4/5 kali chat dan kemudian diekori dengan tarikan suara lunak dalam telefon yang berterusan.

Malah hadiri rasa rindu yang tak terkawal kerana 'asyik' tanpa dapat mengimbangi akal  yang baik. Memang benar kata orang 'cinta  itu buta'.

Ia akan buta di mata orang yang tidak dapat menilainya dan memikirkan secara rasional..Kawallah emosi anda dan sabarlah untu 'masa'. Dalam chat ini, saya lihat lelaki dan perempuan tidak segan silu menyebut perkataan 'sayang' dan bahasa yang menggoda.

Sesungguhnya bermula dari usik mengusik begitu akan membuahkan rasa 'zina hati'. Jika benar benar anda ingin kan perempuan itu untuk di jadikan isteri; bersifatlah gentleman------bercakaplah berterus terang setelah anda benar benar yakin.

Ingatlah:-" Aku tidak meninggalkan sesudahku satu fitnah yang lebih berbahaya kepada lelaki melainkan wanita" (Muttafaq Alaihi)

Ingatlah:-" Aku tidak meninggalkan sesudahku satu fitnah yang lebih berbahaya kepada lelaki melainkan wanita" (Muttafaq Alaihi)
Simpanlah rasa hati anda dan jika anda benar-benar jujur; beranilah berterus terang terhadapnya. Hormatilah pendiriannya dan biarlah secara perlahan-lahan senan anda tidak mengenali sebenar akan dirinya. Manusia bisa menipu untuk menunjukkan kebaikan dirinya sendiri.

Kalau di ikutkan cara pergaulan sebenar dalam Islam; lelaki bukan ajnabi tidak layak untuk melihat rupa mahupun berhubungan dengan kaum wanita walaupun dalam bentuk tulisan apalagi kalau berjumpa. Selaku kita yang terlalu lemah dan dhaif ini dan iman diri tak dapat   membentengi nafsu....hendak janganlah menghampiri zina..yakni jagalah agar perbuatan kita terkawal..Tulislah email dalam kadar batas dan pergaulan yang perlu saja.

Nyatakan pendirian anda, akhlak mahupun yang baik dan buruk, dan jangan menipu; nescaya akan menjerat diri sendiri,sebab andaikata ditakdirkan oleh Allah, anda berdua benar-benar menjadi jodoh di antara kedua-duanya. Tidak berguna menyesal di kemudian hari sebab tiada kerasian dan kesefahaman.

Malah seorang Ustaz pernah bercerita dengan saya di dalam chat MRIC, seorang  pasangan kenalan telah sepakat untuk berkahwinsetelah bertukar gambar dan  bercakap melalui telefon..

Amalan yang khusus sepertimana yang di terangkan kepada saya; kamu hendaklah lihat dia secara nyata ( face to face) bagi memperkenankan pandangan mata masing-masing tetapi hendaklah di temani oleh mahram kamu di tempat yang tidak menimbulkan fitnah.

Ini tidak......................Saya dengari dari sahabat-sahabat lain ada juga yang membuat 'Blind Date' tanpa pengetahuan ahli keluarga dan ia menonjolkan sifat pemuda pemudi Muslim yang tidak berakhlak. Jangan nak kata , orang yang pernah berusrah menganggotai kumpulan perbincangan Islam) pun tidak tahan hati.

Saya berharap benar agar sahabat-sahabatku semua agar faham dan jagalah maruah diri masing masing .Jangan terlalu berani dan tanamkan sifat malu kerana firman ALlah Ta'ala "Sesungguhnya orang orang yang beriman itu bila di sebut nama Allah maka gementarlah hati   mereka" dan "Bertambah-tambahlah keimanannya".

Jika anda hanya ingin bersahabat biasa ajepun. jikalau teringin mengenali bagi kedua belah pihak pun; eloklah juga  ditemani mahram bagi.menghindarkan fitnah. Kuranglah bertelefon kerana masa yang panjang dan kekerapan hanya akan membenarkan syaitan melunakkan hati masing masing dalam keadaan asyik. Gunakanlah suara yang mendatar dan bercakaplah secara formal.

Apa salahnya guna kaedah email yang nyata lebih terancang dan lebih berhati., Malah masukkanlah ingatan akan pergaulan cara Islam  yang bisa mendidik hati sendiri dan teman anda untuk memperbaiki kelemahan masing masing.Salinglah tegur menegur dan nasihat menasihati, Itulah cinta yang hakiki.

Ia bukan sahaja sebagai benteng pertahanan diri. Hargailah pendirian teman anda. Sesungguhnya segala kebaikan akan kelihatan 'gharib/asing' buat kebanyakan manusia.

Jika anda menghajati seseorang untuk di jadikan calun suami/isteri atau mencintai seseorang tetapi teman anda seolah tidak dapat memberi keputusan atau perasaan anda ditolak; redhalah dengan hati yang tenang kerana orang yang beriman akan tenang; redha dan memperhalusi gerak gerinya sendiri.

Kesabaran dan kebijaksanaan akan membuahkan hasil yang cantik dan nyata. Jangan mengambil jalan yang singkat kerana tuntutan hawa dan nafsu.

Riwayat Al Imam Ibn Abd Barri dan Abdul Ghassan (Riwayat Muslim) " Kamu sentiasa menjadi alim selagi kamu menjadi pelajar; maka apabila kamu merasa cukup (perasaan kaya ilmu)... kamu telah menjadi jahil"

Wahai semua sahabat tenet yang ku kasihi, Sesungguhnya rasa sayang terhadap sesama sahabat tak dapat kita bendung. Adakala kita tersalah tafsir akan perasaan diri sendiri dan ada juga teman tersalah tafsir akan kata kata kita....So, bagi memudahkan pemahaman yang jelas ...nyatakan perasaan anda secara jujur .  Ada juga oleh kerana ruang masa berchat mengisi kekosongan hati  mereka yang menyebab kan mereka terlalai. bergurau biarlah sekadar asas gurauan yang baik dan berchat biarlah asas kata -kata yang baik dan berhikmah.

Sesungguhnya ia akan melatih dan mengikis sifat sifat mazmunah (sifat sifat keji) pada diri sendiri.. Janganlah kamu jatuh cinta ke dalam perangkap samar seorang wanita yang kelihatan seperti rupawan.  Janganlah guna ayat pujuk rayu sehingga menggoda perasaan orang.
Malah Saidina Ali (r.a) telah berkata, akhlak dan laku adalah asas pokok iman. Orang yang mencintai Allah , dia berhati hati kerana Sabda Rasulullah (s.a.w) :
"Kebekuan air mata itu dari kerasnya hati, Kekerasan hati itu dari banyaknya dosa, Banyaknya dosa itu dari sebab banyaknya angan angan mencintai dunia dan cinta dunia itu sumber segala dosa"

Oleh itu janganlah menghampiri fitnah, yakni pergaulan yang tidak terbatas dalam Islam..Bukan masalah sombong, dan main main tetapi pokoknya iman dan akhlak hendaklah dijaga. Sesungguhnya 'Jihad hati' yang perlu kita tangani bersama. Cinta yang hakiki hanyalah pada Allah sahaja; .sesungguhnya cinta kepada manusia hanya sementara;

Jika benar anda ingin tebarkan rasa cinta pada lelaki dan wanita itu ; tebarkanlah oleh kerana mengharapkan keredhaan Allah..

Janganlah sahabat sahabatku menjadi perosak iman tetapi jadilah pembimbing keimanan. Dan akhir sekali, ada satu cerita mengenai betapa perempuan dan lelaki  wajib menjaga hawa nafsu masiing-masing. Diceritakan :dari Asy Syaikh Al Imam Abu Nashir As Samarqand .....

Diceritakan :dari Asy Syaikh Al Imam Abu Nashir As Samarqand .....
"Adalah Hasan Bashri semasa mudanya, tampak segak mengenakan pakaian yang serba indah dan sering berjalan mengelilingi kota Basra. Tiba-tiba dia terlihat wanita cantik jelita bertubuh padat dan berisi maka Hasan Bashri mengikuti di belakangnya.Si wanita itu menoleh ke belakang seraya berkata :
"Apakah engkau tidak malu ??? "
"Malu kepada siapa?", kata Hassan Bashri
"Malu kepada Dzat (Allah) yang Maha Mengetahui, mata yang khianat dan apa-apa yang terletak di dalam kalbu", jawab wanita itu.
Oleh kerana timbul rasa cinta, tidak sabar dan tidak terkuasai nafsunya, Hasan Bashri terus menerus mengikuti wanita ini.
Jawab wanita itu : - Mengapa engkau selalu terus mengikuti aku
Kata pemuda itu : "Sesungguhnya aku terpesona dengan pandangan matamu"
Jawab wanita itu :"Kembalilah, nanti saya akan kirimkan padamu, apa-apa yang engkau inginkan
Hasan Bashri mengira, bahawa wanita itu telah merasa bahawa cintanya disambut maka dia pun kembali.Maka datanglah seorang pelayan wanita mengadap Hasan Bashri dengan membawa sebuah nampan yang tertutup dengan saputangannya.Hasan Bashri membuka penutup, terpandang akan sepasang mata wanita tadi.Kata pelayan itu : "Sesungguhnya berkata ... saya tidak inginkan mata yang menyebabkan timbulnya fitnah (terpesona) seseorang"

Gementarlah hati Hasan Bashri, berdirilah bulu romanya serta dipegangi dagunya seraya berkata,"Sungguh celaka engkau, sudah berjanggut tidak lebih malu daripada wanita itu "Diapun menyesal  dan bertaubat dari saat itu, berterus-terusan menangis semalaman. Pagi-pagi harinya, dia datang ke rumah wanita itu, untuk meminta maaf dan menghalalkan kesalahannya tetapi pemilik mata tersebut telah meninggal dunia. Hasan Bashri menangis sehingga 3 hari lamanya dan pada malam ketiga bermimpi melihat wanita itu sedap duduk di dalam syurga dan Hasan Bashri berkata kepadanya dalam mimpi."Halalkanlah olehmu segala kesalahan saya "Kata wanita itu ; "Sesungguhnya semua telah saya halalkan kerana saya telah memperoleh kebaikan yang banyak dari Allah, oleh sebab engkau"
Kata Hasan lagi ; "Berilah aku nasihatmu"
"Kalau engkau bersendirian, berzikirlah {ingatlah} kepada AllahTa'ala dan setiap pagi dan petang beristighfarlah kepada Allah serta bertaubatlah kepadaNya. "Pemuda itu menerima nasihatnya serta melaksanakannya sehingga dia menjadi orang terkenal di kalangan masyarakat kerana kezuhudannya serta ketaatannya kepada Allah Taala.