Dengan
nama Allah, Maha Pemurah, Maha Pengasih
Segala
puji bagi Allah, tuhan sekalian alam
Maha
Pemurah, Maha Pengasih
Penguasa
hari pembalasan
Hanya
kepada-Mu kami menyembah, hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan
Tunjukilah
kiranya kami jalan yang lurus
Jalan mereka yang Kaulimpahi
anugerah, bukan mereka yang kena murka dan bukan mereka yang sesat. (Q. 1:1-7)
Segala
puji bagi Allah, yang dengan kasih sayang-Nya telah menghadiahkan kepada kita
surah Fatihah.
Segala
puji bagi Allah, yang telah memberikan kepada kita ayat-ayat penghibur yang
demikian bagus, ayat-ayat kecintaan yang selalu kita ulang-ucapkan dan kita
ulang lagi dengan sayang, ayat-ayat pegangan di tengah gejolak hidup dunia dan
bekal kita menempuh perjalanan akhirat yang jauh dan panjang.
Segala
puji bagi Allah yang telah membuatkan untuk kita sebuah gerbang tempat kita
bisa berbisik-bisik kepada-Nya dalam sembahyang, tempat orang terhormat, kaya,
sukses, megah dan bangga dipaksa mendarat ke landasan semula dan mendapati
kembali jati dirinya yang sama sekali tidak berlebih atau berkurang dari orang
kebanyakan, tempat orang-orang melarat, gagal, bingung, terlempar, hina,
ditindas, ditipu, dikhianati, dijauhi hampir semua orang dan memang tidak
dianggap berguna, bisa mengangkat tangan arah telinga, mengucapkan takbir
pertama dan mulai melafalkan ayat-ayatnya, dan boleh menangis karena memperoleh
Kawan Sejati, tumpuan mencurahkan seluruh ihwal hati, mendapatkan kesadaran
betapa dirinya absah, hidupnya punya tujuan dan kehadirannya demikian berarti.
Segala puji bagi Tuhan yang telah
menghadiahkan kepada kita sebuah simpul yang kecil sahaja, yang bisa kita
ciumi, kita tempelkan di pipi dan kita lekatkan ke dada, sebuah rangkuman
mungil dari keseluruhan sabda agung Kitab Suci. Surah Fatihah. Surah Fatihah.
Dari Abu Hurairah r.a., dituturkan, Nabi s.a.w. bertanya kepada Ubay r.a.:
"Maukah engkau kuberi tahu sebuah surah yang di dalam Taurat, atau Injil,
juga Al-Quran, tidak diturunkan yang seperti itu?"
"Tentu
saja, ya Rasulullah."
"Itulah
Fatihatul Kitab," kata
beliau. "Dialah Tujuh yang
Diulang-ulang dan Quran yang Agung..."
Sembilan Buah Nama. Al-Fatihah terdiri atas tujuh ayat. Ini disepakati.
Atau 27 kata (dalam bahasa aslinya), atau 140 huruf. (Al-Khazin, Lubabut Ta'wil, I:11). Para peneliti
hanya berbeda pendapat mengenai ayat mana yang menjadikan surah ini tujuh ayat.
Mayoritas ulama klasik Kufah memandangnya tujuh ayat bersama basmalah (lafal bismillah). Ini diriwayatkan dari
sekelompok sahabat Nabi s.a.w. dan para tabi'in. Pendapat kedua: tujuh ayat
tanpa basmalah. Dalam hal ini ayat ketujuh adalah Ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh-dhaalliin. Ini keyakinan
mayoritas qari Madinah dan mereka yang setuju. (Ath-Thabari, Jami'ul Bayan, I:48).
Ada
sejumlah nama untuk rangkaian ayat ini--dan banyaknya nama memang lazim
menunjukkan kebesaran yang diberi nama. Pertama, Fatihatul Kitab. Disebut demikian karena dengan ayat-ayat
itu Al-Quran dibuka, dengan itu penulisan mushaf-mushafnya dimulai, dan dengan
itu pula sembahyang diawali. Kedua, surah Al-Hamd
(Pujian)--karena dimulai dengan alhamdu
lillah. Ketiga, Ummul Quran atau Ummul Kitab (umm = ibu), karena dia pondasi Al-Quran. Ada juga yang berkata:
karena dia imam untuk semua surah yang mengiringinya dalam Al-Quran. (Al-Khazin:
loc. cit.).
Atau,
karena ia meliputi seluruh makna yang terkandung dalam Al-Quran. Yakni, pujian
kepada Allah Ta'ala yang memang Dzat yang selayaknya, laku ibadah dengan
menetapi perintah dan larangan, serta berita gembira dan ancaman. (Az-Zamakhsyari,
Al-Kasysyaf, I:23).
Mengenai
pujian, yakni pengenaan sifat-sifat kesempurnaan pada Allah Ta'ala, itu jelas
kiranya. Sedangkan ibadah yang dimaksudkan itu berada dalam Iyyaaka na'budu ("Kepada-Mu kami
menyembah"). Karena ibadah adalah laku seorang hamba memenuhi tuntutan
penyembahan dan apa yang membangun laku itu, seperti kepatuhan kepada semua
perintah Al-Maula (Sang Pelindung) dan kepada larangan-Nya. Atau, faktor ibadah
itu terletak di dalam ash-shiraathal
mustaqiim ("jalan yang lurus"). Sebab yang dimaksudkan adalah
agama Islam, yang mengandung hukum-hukum. Atau, di dalam alhamdu lillaah--karena ini pengajaran kepada para hamba,
yang maknanya: "Katakan: 'Segala puji bagi Allah'..." Sedangkan
perintah melakukan sesuatu yang bersifat wajib mengharuskan pelarangan apa saja
yang menjadi lawannya.
Sementara
itu, mengenai berita gembira dan ancaman, itu berada dalam an'amta 'alaihim ("Kaulimpahi anugerah") dan almaghdhuubi 'alaihim ("yang kena
murka"). Atau dalam yaumid diin
("hari pembalasan"), karena ini mengandung faktor-faktor pahala dan
hukuman.
Adapun
maksud pembatasan tujuan-tujuan Al-Quran yang luhur itu ke dalam landasan yang
tiga di atas adalah bahwa kitab suci ini diturunkan sebagai bimbingan kepada
para hamba bagi pengenalan tempat berangkat dan tempat pulang. Yakni agar
mereka menunaikan hak Pencipta dengan menuruti apa-apa yang Dia perintahkan dan
Dia larang, dan menyimpan, dengan itu, pahala yang besar untuk negeri tempat
berpulang.
Atau,
dengan ungkapan lain, Al-Quran diturunkan untuk menjamin kebahagiaan insan, dan
itu dengan mengenal pelindungnya dan menyambungkan diri kepada-Nya dengan
segala sarana yang mendekatkannya dengan Dia dan menyingkiri segala yang
menjauhkanya daripada-Nya. Tidak boleh tidak, untuk menjalin hubungan itu diperlukan
pendorong. Dan itulah berita gembira (al-wa'd).
Sedangkan untuk penyingkiran diri diperlukan penghardik, dan itulah ancaman (al-wa'iid). Kalaulah tidak dengan yang
dua itu, tentulah kemalasan yang sangat alami itu menguasai jiwa, bertahta
segala rangsang hawa nafsu makhluk manusia, sementara jiwa tertutup dari
hadirat Cahaya akibat kegelapan yang tiap bagiannya lebih pekat dari yang
selebihnya.
Surah Perbendaharaan. Tidak bisa dikatakan bahwa banyak surah dalam
Al-Quran mengandung makna-makna tersebut. Tidak pula mereka dinamai Ummul Quran. Karena surah ini
didahulukan dari segala surah yang lain di dalam letak ... sedangkan dia
mengandung seluruh makna yang sudah disebut secara global, dengan tertib isi
yang bagus, kemudian dirinci dalam surah-surah berikutnya, sehingga surah ini
turun dalam posisi ibarat Mekah dibanding segala wilayah ... Maka seperti
halnya Mekah menjadi ibu negeri (Ummul
Qura), demikian pula Fatihah menjadi Ummul
Quran (Induk Al-Quran). (Al-Jurjani, Hasyiah,
dalam Zamakhsyari, op. cit.:23n-24n).
Tetapi
dari jurusan kandungan itu juga ia disebut, sebagai nama keempat, surah Kanz (Perbendaharaan). Adapun
dinamakannya dia surah Shalah,
sebagai nama kelima, adalah karena ia, berkat pembacaannya dalam salat, menjadi
surah yang utama atau yang memuaskan. (Zamakhsyari, op. cit.:24). Dengan kata lain, pewajiban pembacaan Fatihah di
dalam salat menjadikan surah ini punya
fadhilah (keutamaan), menurut mazhab Abu Hanifah, atau surah yang memuaskan
menurut mazhab Syafi'i. (Jurjani, op. cit.:24n).
Itu di samping, sebagai nama keenam, ia disebut juga surah Syifaa' (Obat) atau Syafiah
(Yang Mengobati). (Zamakhsyari: loc. cit.).
Adapun
nama ketujuh adalah yang disebut resmi dalam Al-Quran: As-Sab'ul Matsani (Tujuh yang Diulang), karena ia diulang-ulang
melafalkannya di dalam salat, dibaca di tiap rakaat. (Al-Khazin: loc. cit.). Ibn Jarir meriwayatkan dari
sumber pertama, Abu Raja', yang bertanya kepada Al-Hasan mengenai firman
"Dan sungguh sudah Aku berikan kepada engkau Tujuh yang Diulang-ulang dan
Quran yang Agung" (Q. 15:87). Kata Al-Hasan, "Itu Fatihatul Kitab (surah
Fatihah)."
Lalu
Al-Hasan kembali ditanya soal itu, "sedangkan aku (kata Abu Raja')
mendengar." Al-Hasan lalu membaca surah tersebut: Alhamdu lillaahi rabbil' aalamiin, sampai ke penutup.
Kemudian berkata, "Diulang di setiap pembacaan"--atau, katanya,
"di setiap sembahyang" (keraguan dari Abu Ja'far Thabari).
"Diulang" itulah yang dimaksudkan dengan al-matsaanii, sebagai nama lain dari Fatihah. Karena itu adalah
Fatihah yang dimaksudkan Abu Najm Al-'Ajali dengan kata terakhir petikan
kasidahnya berikut ini:
Alhamdu lillaahil ladzii
'aafaanii
Wa kulla khairin ba'dahuu a'thaanii
Minal Qur'aani wa minal Matsaanii
Puji
Allah yang telah berkenan memelihara diriku ini
Dan
segala yang baik yang Dia berikan kepadaku selain ini
Berupa
Al-Quran serta Al-Matsani
(Thabari:
loc. cit.).
Tetapi,
bisa juga al-matsaanii berasal dari istitsnaa' (pengkhususan, pengecualian).
Ini karena Allah mengkhususkannya hanya untuk umat Muhammad dan menyimpannya,
tidak menurunkannya, kepada yang lain. Di samping itu, tidak tertutup
kemungkinan ia disebut surah yang "berulang-ulang" karena diturunkan
dua kali.
Nama
kedelapan adalah Al-Wafiah (Yang
Lengkap). Ini karena dia tidak dibagi di dalam salat--tidak dibaca hanya
sebagian--seperti surah-surah lain. Sedangkan nama kesembilan Al-Kafiah (Yang Mencukupi), karena dia
mencukupi yang lain-lain di dalam salat, sementara yang lain-lain tidak bisa
menggantikannya. Untuk salat, seperti yang kita tahu, orang hanya wajib membaca
Fatihah dan bukan atau tanpa yang lain.
Hakikat Pembagian. Hadis Abu Sa'id ibn Al-Ma'la. Ia bertutur: "Aku
bersembahyang di masjid. Rasulullah memanggilku. Aku tidak menjawab. Baru
kemudian aku datang, dan berkata, 'Ya Rasulallah, barusan saya bersembahyang.' Sahut beliau, 'Bukankah Allah sudah
berfirman, "Sambutlah Allah dan Rasul-Nya kalau memanggil kamu".'
Kemudian kata beliau, 'Akan kuberi tahu kamu sebuah surah, yang adalah surah
paling agung dalam Al-Quran, sebelum kamu keluar dari masjid.' Lalu beliau
mengambil tanganku. Ketika beliau sendiri bermaksud meninggalkan masjid, aku
yang mengingatkan beliau: 'Ya Rasulallah, bukankah Bapak berkata, "Akan
kuberi tahu kamu sebuah surah yang adalah surah paling agung dalam Al-Quran"?'
Sabda beliau: 'Alhamdu lillaahi
rabbil 'aalamiin. Dialah "Tujuh yang Diulang-ulang" dan
"Quran yang Agung" yang aku terima'." (Riwayat Malik).
Dari
Ubay ibn Ka'b r.a., katanya: Sabda Rasulullah s.a.w., "Allah tidak
menurunkan di dalam Taurat maupun Injil yang sebanding dengan Ummul Quran. Dia adalah Tujuh yang
Diulang-ulang dan Al-Quran yang Agung. 'Dia terbagi antara Aku dan hamba-Ku,
dan bagi hamba-Ku apa yang dia minta." (Riwayat Turmudzi dan Nasa'i).
Dari
Abu Hurairah r.a., katanya: "Siapa saja yang mengerjakan satu salat tanpa
membaca Ummul Quran maka dia tidak
lengkap. Tidak lengkap. Tidak lengkap." Sang perawi menyahut: "Wahai
Abu Hurairah. Terkadang saya berada di belakang imam." "Abu Hurairah
menyentuh lenganku (perawi) dan berkata, 'Baca sajalah diam-diam, Anak Parsi.
Aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda, "Berfirman Allah Tabaraka
Wata'ala, 'Aku sudah membagi salat antara Aku dan para hamba-Ku menjadi dua
bagian. Separo untuk-Ku dan separo untuk hamba-Ku, dan hamba-Ku mendapat yang
dia minta.'
Pada
ketika si hamba mengucapkan Alhamdu
lillaahi rabbil 'aalamiin, berkata Allah, 'Hamba-Ku memuji Aku'. Ketika ia
mengucapkan Ar-rahmaanir Rahiim ("Maha Pemurah Maha
Pengasih"), berfirman Allah, 'Aku menanggung hamba-Ku.' Ketika ia
mengucapkan Maaliki yaumiddiin
("Penguasa hari pembalasan"), Allah berfirman, 'Hamba-Ku mengagungkan
Aku'--dan mungkin juga kata-kata itu 'Hamba-Ku menyerahkan urusannya
kepada-Ku.'
Lalu,
ketika ia berkata, Iyyaaka na'budu
wa-iyyaaka nasta'iin (Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu
kami mohon pertolongan), firman Allah: "Ini antara Aku dan hamba-Ku, dan
untuk hamba-Ku apa yang dia minta." Sedangkan ketika ia melafalkan Ihdinash shiraathal mustaqiim, shiraathal
ladziina an'amta 'alaihim, ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh-dhaalliin
("Tunjukilah kiranya kami jalan yang lurus, Jalan mereka yang Kaulimpahi
anugerah, bukan mereka yang kena murka dan bukan mereka yang sesat"),
Allah berfirman, 'Yang ini untuk hamba-Ku. Hamba-Ku mendapat yang dia
minta'."
Syahdan,
hakikat pembagian, yang dijadikan-Nya antara Dia dan hamba-Nya, itu pulang
kepada makna, bukan kepada lafal. Karena surah ini, dari jurusan makna,
"separonya pujian dan separonya permohonan dan doa". Ini pembagian
menurut Al-Khazin, senada dengan hadis di atas, lebih global dibanding yang
dibuat Zamakhsyari dan diuraikan Jurjani. Bagian pujian selesai pada Iyyaaka na'budu, sedangkan wa iyyaaka nasta'iin sudah termasuk
bagian doa. Karena itulah Ia berfirman, "Ini antara Aku dan hamba-Ku.
Hamba-Ku mendapat apa yang dia minta." (Khazin, op. cit.:11-12). Amin.
Selamat berpuasa.
Sebuah simpul kecil, bisa kita ciumi, kita
tempelkan ke pipi dan kita lekatkan ke dada, sebuah rangkuman mungil dari
keseluruhan Sabda. Surah Al-Fatihah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar