Dalam hidup akan banyak ditemui bermacam jalan. Kadang datar,
kadang menurun. Kadang pula meninggi. Begitu pula dalam perjalanan dakwah. Ada
saatnya para Muharrik (orang yang bergerak) menemui jalam yang lurus dan mudah.
Namun tidak jarang menjumpai onak dan duri. Hal demikian juga terjadi pada
muharrik. Satu saat ia memilikikondisi iman yang tinggi. Di saat lain, iapun
dapat mengalami degradasi iman. tabiat manusia memang menggariskan demikian.
Dalam salah satu haditsnya Rosulullah SAW bersabda
: “hati manusia itu bisa berkarat sebagaimana berkaratnya besi. Lalu sahabat
bertanya, “bagaimana cara mengobatinya ya Rasulallah ?”. jawab Rasul : “Membaca
Alquran dan ingat mati”. Syarah dari hadits ini mensiratkan satu hal. Iman
manusia tidak konstan. Ia dapat berubah. Karena itu dalam hadits yang lain,
Rosul menyuruh para sahabat dan kita sekalian untuk selalu memperbaharui iman.
Dalam kondisi iman yang turun ini, para mutaharrik
kadang terkena satu penyakit yang membahayakan kelangsungan harakah. Yaitu
penyakit futur.
Makna Futur
Secara bahasa Futur berarti putusnya kegiatan
setelah kontinyu bergerak. Juga dapat berarti dalam diam setelah bergerak. Atau
: malas, lamban dan santai setelah sungguh-sungguh. Penyakit futur ini menimpa
orang-orang yang telah bergerak. Ia tidak menimpa orang yang tidak atau belum
bergerak.
Berjangkitnya penyakit futur pada diri muharrik
dapat menimbulkan beberapa atsar (pengaruh), baik bagi diri muharrik itu sendiri
maupun kepada harakah yang tengah berlangsung. Bagi para muharrik, futur
menyebabkan sedikitnya simpanan taat yang dimiliki. Padahal, taat merupakan
syarat bagi berlangsungnya amal yang ikhlas. Tanpa taat, sulit bagi muharrik
melaksanakan program harakah yang notabene tidak pernah mengiminginya dengan
balasan duniawi. Bagi harakah sendiri, futur menyebabkan panjangnya jalan yang
harus ditempuh. Ini merupakan akibat logis dari tidak mustamirnya amal yang
dilaksanakan. Harakah yang tidak mustamir hanya menghasilkan bangunan islam
yang juz’iyah (parsial). Bangunan yang seharusnya dapat diselesaikan dalam kurun
waktu tetentu, menjadi terbengkalai karena terhentinya gerak pembangunan.
Terjadinya futur bagi muharrik, sebenarnya
merupakan hal yang wajar. Asal saja tidak mengakibatkan terlepasnya muharrik
dari harokah dan jamaahnya. Hanya malaikat yang mampu kontinyu mengabdi kepeda
Allah dengan kualitas terbaik.
Firman Allah : “dan kepunyaan-Nyalah segala apa yang
dilangit dan di bumi dan malaikat-malaikat yang di sisiNya, mereka tiada
mempunyai rasa angkuh untuk menyembahNya dan tidak pula mersa letih. Mereka
selalu bertasbih malam dan siang tiada hentinya” (QS. Al-Anbiya:19-20).
Karena itu Rasulallah sering berdoa:
Artinya:”Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik umurku
akhirnya. Ya Allah,jadikanlah sebaik-baik amalku keridloan-Mu. Ya
Allah,jadikahlah sebaik-baik hariku saat bertemu dengan-Mu”.
Penyebab Futur
Walaupun futur merupakan hal yang mungkin
terjadi bagi muharri, ada beberapa penyebab yang dapat menyegerakan timbulnya
:
1.
berlebihan dalam
din
berlebihan dalam din, dengan pemaksaan diri dalam
melaksanakan ibadah, hanya mengakibatkan kelelahan fisik dan mental. Tubuh dan
jiwa manusia hanya dapat memikul beban berat untuk satu waktu tertentu. Jika ia
didera untuk memikulnya, maka yang terjadi adalah pelanggaran terhadap fitrahnya
sendiri. Dalam suatu hadits riwayat anas ra : Prenah datang serombongan sahabat
yang terdiri dari tiga orang ke rumah Rasulullah. Mereka menanyakan perihal
ibadah Rasulullah kepada istri-istri beliau. Setelah mendengarkan ketekunan
ibadah Beliau, sadarlah mereka akan sedikitnya ibadah yang mereka lakukan selama
ini. sehingga berkata seorang diantara mereka : “saya akan sholat sepanjang
malam. Yang kedua berkata “ saya akan puasa selamanya. Yang ketiga menyambung “
saya akan menjauhi istri dan tidak akan kawin”. Mendengar itu semua, Nabi lalu
mendatangi mereka. Seraya berkata : “ demi Allah saya lebih takut kepada
Allah dari kamu, bahkan saya lebih bertaqwa. Namun saya berpuasa dan berbuka,
saya sholat dan tidur. Juga saya kawin. Barang siapa mengabaikan sunnahku, maka
ia bukan dari golonganku”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits yang lain Rasul bersabda:
“ Sesungguhnya Din itu mudah, dan tidaklah
seseorang mempersulitnya kecuali akan dikalahkan”. (HR. Muslim )
Karena itu, amal yang paling di sukai Allah adalah
yang sedikit dan kontinyu.
2. Belebih-lebihan dalam hal yang mubah.
Mubah adalah sesuatu yang dibolehkan. Namun para
sahabat sanagat menjaganya. Mereka lebih memilih untuk menjauhkan diri dari hal
yang mubah karena takut terjatuh pada yang haram. Berlebihan dalam makanan
menyebabkan seseornag menjadi gemuk. Kegemukan akan memberatkan badan. Sehingga
orang menjadi malas. Malas membuat seseorang menjadi santai. Dan santai
mengakibatkan kemunduran. Karena itu secara keseluruhan hal ini menghalangi
untuk berharakah.
3. Memisahkan diri dari jamaah
Jauhnya seseorang dari jamaah membuatnya mudah
didekati syaitan. Rasul bersabda : “ Syaitan itu akan menerkam manusia yang
menyendiri, seperti serigala menerkam domba yang terpisah dari kawanannya”. (HR.
Ahmad)
Jika syaitan telah memasuki hatinya, maka tak
sungkan hatinya akan melahirkan zhon ( prasangka ) yang tidak pada tempatnya
kepadajamaah dan harakah. Jika berlanjut ,hal ini menyebabkan hilangnya siqoh
(kepercayaan) kepada jamaah dan harakah.
Dengan jamaah, seseorang akan selalu mendapatkan
adanya kegiatanyang selalu baru. Ini terjadi karena jamaah merupakan kumpulan
pribadi, yang masing-masing memilii gagasan dan ide baru. Sedang tanpa jamaah
seseorang dapat terperosok kepada kebosanan yang terjadi akibat kerutinan.
Karena itu imam Ali berkata : “ sekeruh-keruh hidup berjamaah, lebih baik dari
bergemingnya hidup sendiri”.
4. Sedikit mengingat akhirat
Banyak mengingat kehidupan akhirat membuat
seseorang giat beramal. Selalu diingat akan adanya hisab atas setiap amalnya.
Kebalikannya, sedikit mengingat kehidupan akhirat menyulitkan seseorang untuk
giat beramal. Ini disebabkan tidak adanya pemacu amal berupa keinginan untuk
mendapatkan ganjaran di sisi Allah pada hari yaumul hisab nanti. Karena itu
Rasulullah bersabda : “jika sekiranya engkau mengetahui apa yang aku ketahui,
niscaya engkau akan banyak menangis dan sedikit tertawa”.
5. Melalaikan amalan siang dan malam
Pelaksanaan ibadah secara tekun, membuat
seseorang selalu ada dalam perlindungan Allah. Selalu tejaga komunikasi sambung
rasa antara ia dengan Allah. ini membuatnya mempersiapkan kondisi ruhiyah yang
baik sebagai dasar untuk berharakah. Namun sebaliknya, kelalaian untuk
melaksanakan amalan, berupa rangkaian ibadah baik yang wajib maupun sunnah,
dapat membuat seseorang terjerumus untuk dikit demi sedikit merenggangkan
hubungannya dengan Allah. jika ini terjadi, maka sulit baginya menjaga kondisi
ruhiyah dalam keadaan taat kepada Allah. kadang hal ini juga berkaitan dengan
kemampuan untuk berbicara kepada hati. Harakah yang benar, selalu memulainya
dengan memanggil hati manusia, sementara sedikitnya pelaksanaan ibadah
membuatnya sedikit memiliki cahaya.
Allah berfiman : “Barang siapa tidak diberi
cahaya (petunjuk) Oleh Allah, tiadalah ia mempunyai cahaya sedikitpun”. (QS.
24:40)
Barang siapa tidak memiliki (ruh), maka ia
tidak dapat memberi.
6. Masuknya barang haram ke dalam perut
7. Tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan.
Setiap perjuangan sunnatullaNya selalau
menghadapi tantangan. Al Haq dan Al Bathil selalu berusaha untuk memperbesar
pengaruhnya masing-masing. Akan selalu ada orang-orang Pendukung islam. Di lain
pihak akan selalu tumbuh orang-orang pendukung hawa nafsu. Dan dalam waktu yang
Allah kehendaki akan bertemu dalam suatu “fitnah”. Dalam bahasa arab, kata
“fitnah” berasal dari kata yang digunakan untuk menggambbarkan proses
penyaringan emas dari batu-batu lainnya. Karena itu “fitnah” merupakan
sunnatullah yang akan mengenai para muharrik. Dengan “fitnah” Allah juga
menyaring siapa hamba yang masuk golongan shodiqin dan siapa yang kadzib
(dusta). Dan jika fitnah itu datang, sementara iatidak siap menerimanya, besar
kemungkinan akan terjadi pengubahan orientasi dalam harakahanya. Dan itu membuat
futur. Allah Berfiman :
“ Hai orang-orang yang beriman
sesungguhnya diantara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh
bagimu. Maka hati-hatilah kamu terhadap mereka.” (QS. 64:14)
8. Bersahabat dengan orang-orang yang lemah
Kondisi lingkungan (biah), dapat menentukan
kualitas seseorang. Teman yang baik akan melahirkan lingkungan yang baik. Akan
tumbuh suasana ta’awun dan saling menasehatkan. Sementara teman yang buruk dapat
melunturkan hamazah (kemauan) yang semula telah menjadi tekad. Karena itu
Rasulullah bersabda :
“Seseorang atas diri sahabtnya, hendaklah
melihat salah seorang diantara kalian siapa ia berteman”. (HR. Abu Daud).
9. Spontanitas dalam beramal
Amal yang tidak terencana – tidak memiliki tujuan
sasaran dan sarana yang jelas tidak dapat melahirkan hasil yang diharapkan.
Hanya akan timbul kepenatan dalam berharakah, sementara hasil yang ditunggu tak
kunjung datang. Karena itu setiap amal harus memiliki minhajiatul amal (
Sistematika kerja ). Hal ini akan membuat ringan dan mudahnya suatu amal.
10. Terjatuh ke dalam kemaksiatan
Pebuatan maksiat membuat hati tertutup dengan
kefasikan. Jika kondisi ini terjadi, sulit diharapkan seorang muharrik mampu
beramal untuk jamaahnya. Bahkan untuk menjaga diri sendiripun sulit.
Pengobatannya
Untuk mengobati penyakit futur ini,
beberapa ulama memberikan beberapa resep.
1. Jauh dari kemaksiatan
Kemaksiatan akan mendatangkan kemungkaran
Allah. Dan pada akhirnya membawa kepada kesesatan. Allah berfirman :
“Dan janganlah kamu melampaui batas yang menyebabkan
kemurkaan –Ku menimpamu. Dan barang siapa di timpa musibah oleh
kemurkaan-Ku, makabinasalah ia”. (QS. 20;81)
Jauh dari kemaksiatan akan mendatangkan hidup
yang akan lebih berkah. Dengan keberkahan ini orang dapat terhindar dari
penyakit futur. Allah berfirman :
“ Jikalau penduduk negri-negri beriman dan
bertaqwa, pastilah kami melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan
dari bumi”. (QS. 7:96)
2. Tekun mengamalkan amalan siang dan malam
Amalan sian dan malam dapat melindungi dan
menjaga muharrik untuk selalu berhubungan dengan Allah WST. Hal ini dapat
menjauhkannya dari perbuatan yang tidak mendapat restu dari Allah.
Allah berfirman ;
“ Dan hamba-hamba yang baik dari Rabb
Yang Maha Penyayang itu, ialah orang berjalan diatas bumi dengan rendah hati dan
apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang
(mengandung) keselamatan. Dan orang-orang yang melalui malam harinya dengan
bersujud dan berdiri untuk Robb mereka”. (QS. 25:63-64).
3. Mengintai waktu-waktu yang baik
Dalam banyak hadits rosulullah banya
menginformasikan adanya waktu-waktu tertentu dimana Allah lebih memperhatikan
do’a hambanya. Sepertiga malam terakhir, bulan ramadhan dan bulan dzulqoidah,
zulhijjah, muharram dan rajab. Waktu-waktu itu memiliki keistimewaan yang dapat
mengangkat derajat seseorang dihadapan Allah.
4.
Menjauhi hal-hal yang
berlebihan.
Berlebihan dalam kebaikan bukan merupakan tindakan
bijaksana. Apalagi berlebihan dalam keburukan. Allah
memerintah manusia sesuai dengan kemampuannya.
Firman Allah :
“ Maka bertaqwalah kamu kepada
Allah sesuai dengan kesanggupanmu !”
(QS. 64:61)
Islam adalah Din tawazun (keseimbangan).
Disuruhnya pemeluknya memperhatikan akhirat, namun jangan melupakan kehidupan
dunia. Seluruh anggota tubuh dan jiwa mempunyai haknya masing-masing yang harus
ditunaikan. Dalam ayat lain Allah berfiman :
“ Demikianlah kami telah menjadikan kamu (ummat Islam), ummat pertengahan (adil)
dan pilihan”. (QS. 2:143).
5. Melazimi Jamaah
“ Jamaah itu rahmat, Firqoh (pengelompokan) azad ”
demikian sabda Rasulullah. Dalam hadits yang
lain “Barangsiapa yang menghendaki tengahnya
syurga, hendaklah ia melazimi jamaah”. Dengan
jamaah seorang muharrik akan selalu berada dalam majlis dzikir dan pikir. Hal
ini membuatnya selalu terikat dengan komitmennya semula. Juga jamaah dapat
memberikan program dan kegiatan yang variatif. Sehingga terhindarlah ia dari
kebosanan dan kerutinan.
6.
Mengenal kendala
yang akan menghadang
Pengetahuan akan tabiat jalan yang hendak
dilalui serta rambu-rambu yang ada, niscaya membuat seorang muahrrik siap,
minimal tidak gentar, untuk menjalani rintangan yang akan datang. Allah
berfirman :
“ Dan beberapa banyak Nabi yang berpernag bersama mereka
sebagian besar karena bencana yang menimpa di jalan Allah, dan tidak pula lesu
dan tidak pula menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang orang yang sabar”.
(QS. 3:146)
7.
Teliti dan
Sistematik dalam kerja.
Dengan perencanaan yang baik, Pembagian tugas
yang jelas, serta kesadaran akan tanggung jawab yang diemban, dapat membuat
harakah menjadi harakatunnatijah (harakah yang berhasil). Perencanaan akan
menyadarkan muaharrik, bahwa jalan yang ditempuh amat panjang. Tujuan yang akan
dicapai amat besar. Karena itu juga dibutuhkan waktu, amal dan percobaan yang
besar. Jika ini semua telah dimengerti insaya Allah akan tercapai
sasaran-sasaran yang telah ditentukan.
8.
Memilih teman yang
shalih
9.
Menghibur diri
dengan hal yang mubah
Bercengkerama dengan keluarga, mengambil secukupnya
kegiatan rekreatif sertamemeberikan hak badan secara cukup mampu membuat diri
menjadi segar kembali untuk melanjutkan amal yang sedang dikerjakan.
10.
Mengingat mati,
syurga dan neraka
11.
Muhasabah
(menghisab) diri
'Semoga bermanfaat...:-)